Melalui penerbitan The
Taxonomy of Educational Objectives: Cognitive Domain taksonomi ini pertama
kali diperkenalkan oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956 disusul dengan The
Taxonomy of Educational Objectives: Affective Domain pada tahun 1967.
Teori Bloom cs ini banyak digunakan oleh para pendidik dalam menentukan dan
merumuskan tujuan pendidikan atau pengajaran. Bloom membedakannya ke dalam tiga
domain, yaitu: 1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir. 2. Affective Domain (Ranah
Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan, emosi, nilai-nilai, dan moral seperti minat,
sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. 3. Psychomotor Domain
(Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan
yang mengandung unsur motoris seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin. Setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa
kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai
dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Ketiga
ranah itu meliputi :
1. Kognitif (proses
berfikir). Kognitif adalah
kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah.
Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian: a.
Pengetahuan (knowledge) mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang
sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang
penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar. b. Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas
pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah. c. Penerapan (application)
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah
dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada
pemahaman. d. Analisis (analysis) Mengacu kepada kemampun menguraikan
materi ke dalam komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu
memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga
struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat
kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
e. Sintesa (synthesis) Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau
komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan
tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya. f. Evaluasi (evaluation)
Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk
tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih
mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut
akan lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan
pengajaran mencapai tujuan Pembelajaran. Seperti evaluasi terdiri dari dua
kategori yaitu “Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian
dengan menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek
kognitif seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah
berurutan yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian
lain. Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak.
Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif
seseorang dalam proses pengajaran. David R. Krathwohl di jurnal Theory into
Practice merevisi taksonomi ini menjadi aspek kognitif dibedakan atas enam
jenjang yang diurutkan sebagai berikut: Hieraki Ranah Kognitif Menurut Revisi
Taksonomi Bloom . 1. Mengingat (remembering) Mengingat merupakan proses
kognitif paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa
menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan
dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan
terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali (recognizing)
dan mengingat. Kata operasional mengetahui yaitu mengutip, menjelaskan,
menggambar, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi, memasangkan, menandai,
menamai. 2. Memahami (understanding). Pertanyaan pemahaman menuntut
siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untk
mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus
memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak
sekedar mengingat kembali informasi, namun harus menunjukkan pengertian
terhadap materi yang diketahuinya. Kata operasional memahami yaitu menafsirkan,
meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan. 3.
Menerapkan (applying). Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan suatu
prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu,
mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak
berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja.
Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan
mengimplementasikan. Kata oprasionalnya melaksanakan, menggunakan, menjalankan,
melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi.
4. Menganalisis (analyzing). Pertanyaan analisis menguraikan suatu
permasalahan atau obyek ke unsur-unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling
keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Kata oprasionalnya yaitu menguraikan,
membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur,
mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan,
membandingkan, mengintegrasikan. 5. Mengevaluasi (evaluating).
Mengevaluasi membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang
ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini adalah
memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu menyusun hipotesi,
mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan. 6.
Mencipta (creating). Membuat adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi
suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam
kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan memproduksi. Kata oprasionalnya
yaitu merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui,
menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah. Pendidikan sebagai sebuah
proses belajar memang tidak cukup dengan sekedar mengejar masalah kecerdasannya
saja. Berbagai potensi anak didik atau subyek belajar lainnya juga harus
mendapatkan perhatian yang proporsional agar berkembang secara optimal. Karena
itulah aspek atau factor rasa atau emosi maupun ketrampilan fisik juga perlu
mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang.
2. Afektif (nilai
atau sikap). Afektif adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan
operasiasi siswa. Menurut Krathwohl (1964) klasifikasi tujuan domain afektif
terbagi lima kategori : a. Penerimaan (receiving) Mengacu kepada
kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat.
Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif. b.
Pemberian respon atau partisipasi (responding) Satu tingkat di atas
penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi
peserta dan tertarik. c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau
kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak
menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan
opresiasi”. d. Organisasi (organization) Mengacu kepada penyatuan nilai,
sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan
konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup
tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup. e. Karakterisasi /
pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang
nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah
diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan
pribadi, sosial dan emosi jiwa. Variabel-variabel di atas juga telah memberikan
kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses
afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah
diungkapkan bahwa: “Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi
dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok
atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag
kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.” Bidang afektif dalam psikologi akan
memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah
nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu
sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat
urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.
3. Psikomotorik
(keterampilan). Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot
dan fisik. Menurut Dave (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi
lima kategori yaitu : a. Peniruan terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan.
Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan
kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan
tidak sempurna. b. Manipulasi menekankan perkembangan kemampuan mengikuti
pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu
penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut
petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja. c. Ketetapan memerlukan
kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada
tingkat minimum. d. Artikulasi menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan
dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi
internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda. e. Pengalamiahan Menurut
tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik
maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan
tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
0 comments:
Post a Comment